Festival Sinematek 2020. (foto: Dok Sinematek Indonesia)
JAKARTA, Pewarta satu.com — Sinematek Indonesia menggelar acara Festival Sinematek mengusung tagline “Citra Sesungguhnya Film Indonesia” mulai 24-30 Maret 2022, di Gedung Pusat Perfilman H. Usmar Ismail, Kuningan, Jakarta.
Kepala Sinematek Indonesia, Akhlis Suryapati, selaku penggagas dan penanggung jawab kegiatan ini mengungkapkan agenda acara festival tersebut yang disebutnya sebagai Awarding Show.
Menurut Akhlis, acara puncak ada 30 Maret 2022, juga disertai Konser Soundtrack Orkes Kine Klub dan sejumlah seni pertunjukan bertema film.
“Termasuk kehadiran komunitas film dengan tim drumband, cosplay, dan berbagai atraksi keseniannya, dalam rangka launching M-STUFF–Millennial Student Film Festival,” kata wartawan senior yang pernah mengelola berbagai media hiburan dan keluarga ini.
Selain acara utama berupa Awarding Show, rangkaian acara Festival Sinematek dimulai sejak 24 Maret berupa “Sinematek Visit Days” yang ditandai dengan kunjungan siswa-siswa jurusan film dari Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).
Pada 25 Maret berlangsung Classic Screen berupa pemutaran film seluloid 16mm berjudul “Atheis” (Syumandjaya – 1977) dan “Sonata Rumah Bata” (Riri Riza – 1998).
Pada 28 Maret hingga 30 Maret berlangsung Archives Display yang memajang peralatan film kuno koleksi Galeri Sinematek serta khasanah Perpustakaan Film.
Pada tanggal yang sama ada diskusi bertajuk Caretalk dengan tema Menyusuri Jejak Ratna Asmara; Perempuan Sutradara Pertama dengan pembicara Lisabona Rachman dan Ummy Lestari.
Ada juga Pre dan Review Film yang berlangsung di Cinema Hall, menampilkan Enam Djam Jogja (Usmar Ismail – 1951) serta dokudrama Caring Memory of Indonesia (Akhlis Suryapati – 2022.
Festival Sinematek ini, kata Akhlis, diharapkan menjadi festival film yang menandai independensi perfilman tanpa keterikatan dan ketertundukan kepada kepentingan tertentu.
Termasuk kepada pemerintah, yang kemudian sering disebut menjadi festival film plat merah.
Menurut Akhlis, film sudah menjadi warisan budaya Indonesia. Heritage.
Hal ini, kata mantan redaktur hiburan dan budaya satu koran harian sore Jakarta ini, karena Festival Sinematek berpijak dari peran dan fungsi Sinematek sebagai pusat arsip film yang pekerjaannya mencari, mengumpulkan, merawat, dan melestarikan film.
“Termasuk nilai-nilai di dalam film bisa tersosialisasi sebagai sumber sejarah, pengetahuan, dan materi penelitian,” kata wartawan senior dan sutradara film ini.
Dalam festival Sinematek yang sifatnya apresiasi dan pertahanan film sebagai karya cipta seni, kata Akhlis, kategori penghargaannya pun mengacu pada film sebagai warisan budaya itu.
Baik warisan budaya masa lalu, masa sekarang, maupun masa yang akan datang.
“Legend Awards untuk tokoh-tokoh yang menjadi legenda, Excellence Awards untuk film dengan nilai kearsipan tinggi, dan Honorary Awards untuk tokoh atau lembaga yang memiliki kepedulian pada pengarsipan film,” kata Akhlis Suryapati.
Menurut Akhlis, Festival Sinematek kali ini sudah memasuki tahun ketiga, dengan dana swadaya dari komunitas di Sinematek.
“Kalau terbantu karena adanya sponsor atau dana dukungan pemerintah ya bagus. Namun kalau tidak ada semua, festival tetap jalan, bukannya lantas nggak ada Festival Sinematek,” kata Akhlis.
Tokoh-tokoh yang pernah mendapatkan Legend Awards sebelumnya antara lain Djamaluddin Malik, Bing Slamet, Soekarno M Noer, Idris Sardi, Roekiah, Bambang Irawan.
Tahun ini ada bocoran informasi, yang akan diberi Legend Awards adalah Usmar Ismail, Soeryo Sumanto, dan Sofia WD. Sedangkan Honorary Awards, disebut-sebut nama Riri Riza, Mukhlis Kosim, dan Nurul Aini Alex Leo Zulkarnaen.
Untuk Excellence Awards, yaitu film terbaik disertai bernilai kearsipan tinggi, yang pernah mendapatkan adalah “Bumi Manusia”, “Hayya“, “Rumah Merah Putih”, dan “Abracadabra”.
Tahun 2022 ini disebut-sebut akan menerima penghargaan yang sama, yakni film “Yuni”, “Nussa”, dan ‘Kukira Kau Rumah”. (nur)