Beberapa waktu lalu telah terjadi embun beku dan kekeringan di Lanny Jaya./Foto: twitter@bmkgpapua
JAYAPURA. Pewartasatu.com – Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Papua, Semuel Siriwa merekomendasikan warga Lanny Jaya untuk mengubah masa tanam ubi jalar di wilayah setempat, guna menyikapi ancaman embun beku yang terjadi secara periodik.
“Contohnya jika peristiwa alam ini terjadi di bulan Juli dan Agustus, maka masa tanam ubi jalar itu harus majukan sehingga bisa dipanen sebelum Juli untuk ketahanan pangan”.
Masyarakat di Kampung Kuyawage, Kampung Luarem, dan Jugu Nomba di Kabupaten Lanny Jaya dilanda embun beku.
Dikutip dari Kabarpapua.co (3/8), Kepala Balai Besar Wilayah V Jayapura, Hendro Nugroho menjelaskan berdasarkan analisis hujan dasarian III Juni hingga dasarian I Juli wilayah Lanny Jaya masuk dalam kategori menengah hingga rendah dengan curah hujan antara 25 – 75 mm/dasarian.
“Saya pikir masyarakat setempat sudah sangat pintar dan tahu cara membudidayakan ubi jalar. Hanya mungkin kurang antisipasi masif untuk menyiapkan ketersediaan komoditi ini dalam menghadapi peristiwa alam embun beku itu,” terang Siriwa di Jayapura, Selasa (2/8)
Menurut dia, dahulu pernah ada Fakultas Pertanian di salah satu universitas ternama yang melakukan kajian di Lanny Jaya.
Di mana peristiwa alam embun beku sebenarnya terjadi pada periode tertentu dan hanya bisa diatasi dengan budidaya ubi jalar, dimana tanaman tersebut dinilai sudah beradaptasi dengan baik di wilayah tersebut.
Dilain pihak, masyarakat setempat juga lebih memahami bagaimana menyimpan ubi jalar di dalam tanah, sehingga bisa dipanen secara bertahap.
“Namun kemarin dengan munculnya beras raskin dan beras murah ini juga mengubah pola konsumsi masyarakat setempat, jadi yang semestinya adalah kita harus terus pertahankan pangan lokal,” tutupnya
Sebelumnya, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Papua menyebut terdapat tiga kampung di Lanny Jaya, yakni Kampung Kuyawage, Kampung Lauren dan Kampung Jugu Nomba yang terdampak fenomena embun beku sejak awal Juni 2022.
Kondisi ini membuat 269 jiwa di daerah itu kesulitan pangan, dimana 56 lahan perkebunan ubi jalar dan sayur-sayuran di Kampung Lauren dan Jugu Nomba mengalami kerusakan.
Suhu udara minimum di Jayawijaya berkisar antara 12 – 15 derajat Celcius. “Suhu udara di Lanny Jaya dapat lebih rendah karena perbedaan ketinggian antara Lanny Jaya dan Jayawijaya,” jelasnya, Selasa 2 Agustus 2022.
BMKG mengimbau kepada pemerintah kabupaten dan juga masyarakat Lanny Jaya untuk tetap waspada terhadap potensi cuaca ekstrem yang terjadi seperti embun beku, hujan es, dan angin kencang.
Akibatnya warga di kampung tersebut mengalami gagal panen karena tumbuhan yang ditanam tak membuahkan hasil karena cuaca ekstrem.
“Perlu dibangun lumbung untuk menyimpan makanan agar saat kemarau masyarakat tidak mengalami kelaparan,” katanya.
Musim Kemarau
BMKG memprediksi awal musim kemarau di Papua terjadi pada Maret 2022 dan sesuai prakiraan BMKG di Wilayah Kabupaten Lanny Jaya yang termasuk dalam ZOM 340 awal musim kemarau terjadi pada Juni Dasarian I dengan puncak musim kemarau juga terjadi pada bulan Juni 2022.
Saat musim kemarau ada beberapa hal yang terjadi di antaranya penurunan curah hujan dikarenakan potensi pembentukan awan cenderung tidak signifikan.
Pertumbuhan awan yang tidak signifikan juga menyebabkan suhu udara menjadi lebih dingin karena panas yang diterima dapat langsung dipantulkan kembali keluar bumi.
“Udara akan terasa lebih dingin dikarenakan massa udara dari selatan yang bersifat kering dan dingin. Proses evapotranspirasi mengakibatkan tumbuhan semakin kering dan tidak dapat bertahan hidup,” jelasnya sebagaimana dikutip Kabarpapua.co. **
**