Ketua IPPSA Bandung Indah Putri meraih gelar Sarjana Administrasi Publik ( SAP) bersama Ibu.foto BK.
Pewartasatu.com – Bandung – Pembagian Sembako di Bandung dengan membuka “Puro atau Celeng” untuk membantu warga dan anggota yang tidak mampu. Ini dilakukan oleh ketua perkumpulan perantau negari Sulit Air Sepakat (SAS) dari Sumbar.
Ketua DPC SAS Bandung Zafrullah mengungkapkan hal itu kepada pewarta di Bandung, Rabu (24/6) lalu dan menyebutkan dari 250 Kepala Keluarga (KK) tak seorang pun yang mendapat bantuan Program Keluarga Harapan (PKH), Sembako, dan Bantuan Tunai Langsung (BLT)
” Sebelum ada Covid-19, ekonomi warganya sangat stabil, dan tidak separah saat ini, makanya berharap mendapat sembako dari Pemda setempat, ternyata tidak seorangpun warganya yang memperoleh sembako, tuturnya mengeluh.
Oleh karena itu, katanya sambil mengikuti acara Halal bi Halal perantau Minang, Ia menggunakan uang kas organisasi membuka “Puro atau Celeng”( Menggunakan uang kas) untuk membeli sembako dan menyalurkan kepada warga SAS yang benar benar membutuhkannya.
Warga SAS Bandung dari jumlah 250 KK, diperkirakan mencapai seribu jiwa, 4 orang Dosen, 2 orang fokter, dan selebihnya pedagang kecil dan menengah.
” Organisasi SAS di Bandung mendapat bantuan Sembako 100 paket dari kepala negara yang diserahkan oleh DR Darmizal, ketua Pembina SAS di Jakarta,” ujar Zafrullah gembira.
Sementara itu, Wakil Walikota Bandung Yana Mulyana mengatakan, pemerintah kota Bandung memasang stiker ke setiap rumah rumah miskin penerima Program Keluarga Harapan (PKH) sebagai program nasional. Penerima PKH tidak menerima sembako, katanya.
Begitu juga rumah warga penerima Sembako ditempeli Stiker. Hal ini dilakukan agar identitas penerima bantuan diketahui publik, baik bantuan PKH maupun Bantuan Sembako Nasional (BSN).
Adanya stiker ini, ujar Yana Mulyana membuat masyarakat bisa ikut terlibat dalam mengawasi penyaluran bantuan, sekaligus menilai layak tidaknya suatu keluarga menerima sembako.
Menurut pantauan Pewarta, Pemda kota Bandung menempeli Stiker ke rumah rumah keluarga miskin tetapi ada juga warga yang mapan menerima Program Keluarga Harapan (PKH) dan BSN.
Warga Sulit Air, yang bermukim di Bandung, nampaknya mengkritik kebijkan pimpinan perantau itu, karena pembangunan gedung serba guna SAS, awalnya dibangun untuk kepentingan organisasi sebagai pusat informasi, komunikasi dan koordinasi, kini disewakan.
Selain itu, gedung SAS bisa digunakan untuk “Ajang Silaturahmi” pertemuan arisan, pelatihan untuk pemuda pemudinya, kini gedung Serba Guna SAS Bandung, disewakan untuk memperoleh pendapatan sebagai penggerak roda organisasi.
Begitu juga kepemimpinan SAS di kota Cimahi, gedung serba guna disewakan nampaknya, ” Lebih besar rugi daripada untungnya”, demikian H.Armet, SE, berucap sebagai anggota SAS.